judul

INQUIRY OPERATION >> YOUR SECOND HOME TO GET YOUR SUCCESS<<

Wednesday, February 13, 2019

Titrasi Asam Basa


Salah satu aplikasi stoikiometri larutan adalah titrasi. Titrasi asam basa adalah suatu prosedur untuk menentukan kadar (pH) suatu larutan asam atau basa.  Kadar larutan asam dapat ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang sudah diketahui kadarnya. Sebaliknya kadar suatu basa dapat ditentukan dengan menggunakan larutan asam yang sudah diketahui kadarnya.
Titrasi yang menyadarkan pada jumlah volume larutan dikenal dengan istilah titrasi volumetric. Pengukuran volume diusahakan setepat mungkin dengan menggunakan alat – alat standar misalnya, buret dan pipet volume.

Titrasi yang melibatkan reaksi antara asam dengan basa dikenal dengan istilah titrasi asam basa atau aside alkalimetri. Secara teknis titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan sedikit demi sedikit dan bahkan tetes demi tetes larutan basa melalui buret ke dalam larutan asam dengan volume tertentu yang terletak dalam labu Erlenmeyer sampai keduanya tepat habis bereaksi yang ditandai dengan berubahnya warna indicator.

Tepat pada saat warna indicator berubah, tirasi dihentikan dan volumenya dicatat sebagai volume titik akhir titrasi. Larutan basa yang diletakkan dalam buret disebut dengan larutan penitrasi. Indicator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah indicator yang mempunyai trayek perubahan warna pada pH sekitar 7, sebab pada saat asam kuat dan basa kuat tepat bereaksi pH larutan sama dengan 7.

Perubahan warna indicator yang menandai tepat habisnya kedua larutan yang bereaksi tidak selamanya tepat seperti perhitungan teoritis. Volume larutan penitrasi yang diperoleh melalui perhitungan secara teoritis disebut titik ekivalen. Perbedaan volume titik akhir titrasi dengan titik ekivalen disebut kesalahan titirsi. Besar kecilnya kesalahan titrasi ditentukan oleh pemilihan indicator, jika indicatornya tepat maka kesalahan titrasinya semakin kecil.

Tata Nama Senyawa Biner Ionik

Mengapa manusaia, hewan, tumbuhan dan benda mati memiliki nama? Apakah pentingnya nama dalam kehidupan kita sehari - hari?

Pertanyaan di atas tentu perlu kita diskusikan bersama. Manusia, hewan, tumbuhan, dan benda mati perlu memiliki nama agar satu sama lain dapat dibedakan. Sebagai contoh, jika kita menginginkan sesuatu lantas kita tidak mengetahui nama benda tersebut maka tentu akan menyebabkan kebingungan. Oleh karena itu penamaan perlu diberikan kepada setiap benda secara seragam sehingga memiliki makna yang sama. 

Bagaimana dengan tata nama unsur dan senyawa kimia? Apa dasar penamaan unsur dan senyawa tersebut? Pada bagian ini kita akan mengupas tentang tata tata cara penamaan unsur dan senyawa kimia.

Penamaan senyawa kimiamengikuti cara sistematik yang telah disetujui oleh perkumpulan ilmuwan kimia internasional yang tergabung dalam IUPAC (The International Union of Pure and Apllied Chemistry). Cara penamaan senyawa dibagi menjadi dua yaitu cara penamaan senyawa biner dan cara penamaan senyawa poliatom. 

Tata Nama Senyawa Biner Ionik

Secara umum senyawa biner tersusun atas unsur logam dan unsur nonlogam (senyawa ionik) atau tersusun atas sesama unsur non logam (senyawa Kovalen). Terdapat perbedaan tata nama untuk kedua jenis senyawa ini. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut:
Untuk senyawa Ionik tata namanya terbagi dua yaitu tata nama untuk senyawa logam yang hanya memiliki satu bilangan oksidasi yaitu dengan menyebutkan terlebih dahulu nama unsur logamnya dan diikuti dengan empat huruf pertama nama unsur non logamnya dan di akhiri dengan - ida. Untuk senyawa ionik yang unsur logamnya memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi maka penamaannya dimulai dengan menyebutkan Nama unsur logamnya dilanjutkan dengan angka romawi yang menyatakan jumlah biloks selanjtnya di ikuti dengan empat huruf pertama unsur non logamnya dan diakhiri dengan - ida.

Rumus : 
            Nama Unsur Logam + Nama Unsur Nonlogam + ida
            Nama Unsur Logam + (Biloks) + Nama Unsur Nonlogam + ida

Perlu kalian ingat bahwa unsur logam dibagi menjadi dua jenis berdasarkan bilangan oksidasi yang dimilikinya. Unsur golongan utama yang hanya memiliki satu bilangan oksidasi yang terdiri dari Li, Na, K, Rb, Cs, Be, Mg, Ca, Sr, Ba, dan Al. 
Contoh : Apakah nama yang tepat untuk senyawa : NaCl dan CaS, FeO
Analisis: 
Senyawa NaCl dan CaO tersusun atas unsur yang hanya memiliki satu bilangan oksidasi sehingga penamaan yang tepat adalah: 
Na = Natrium
Cl = Klorin (empat huruf pertama yang digunakan yaitu Klor)
Sehingga penamaan yang tepat untuk senyawa NaCl adalah Natrium Klorida bukan Natrium Klorinida

Ca = Kalsium
S = Sulfur (empat huruf pertama yang digunakan yaitu Sulf)
Sehingga nama yang tepat untuk senyawa CaS adalah Kalsium Sulfida bukan Kalsium Sulfurida

Bagaimana dengan senyawa FeO, tta nama senyawa ini mengikuti tata cara penamaan unsur logam yang memiliki bilangan oksidasi yang lebih dari satu. sehingga perlu ditentukan terlebih dahulu bilangan oksidasi atom Fe dalam senyawa FeO. Penentuan bilangan oksidasi atom Fe dalam senyawa FeO sebagai berikut: 
                              (Bo Fe x 1) + (Bo O x 1) = 0
                                         Bo Fe + ((-2) x 1) = 0
                                                           Bo Fe = +2
Setelah menentukan bilangan oksidasi Fe maka selanjutnya tentukan nama logam dan non logamnya
Fe = Besi
O = Oksigen (empat huruf pertama yang digunakan yaitu Oksi)
Sehingga nama yang tepat untuk senyawa FeO adalah Besi (II) Oksida

Untuk Tata nama senyawa biner kovalen dan poliatom akan dibahas pada tulisan selanjutnya.