judul

INQUIRY OPERATION >> YOUR SECOND HOME TO GET YOUR SUCCESS<<

Monday, February 25, 2019

Bagaimana Cara Memebedakan Sistem Dispersi

Bila suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi penyebaran secara merata dari suatu zat kedalam zat lain yang disebut dengan sisitem dispersi. Sebagai contoh tepung kanji bila dimasukkan ke dalam air panas maka akan membentuk sistem dispersi, dengan air sebagai medium pendispersi dan tepung kanji sebagai zat terdispersi. Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem dispersi dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu larutan, koloid, dan suspensi. Untuk memahami perbedaan antara ketiga sistem dispersi terebut, simaklah uraian berikut ini:

Sumber: eldesfiari.wordpress.com

1. Suspensi
Suspensi merupakan sistem dispersi dimana partikel yang berukuran relatif besar tersebar merata di dalam medium pendispersinya. Pada umumnya sistem dispersi merupakan campuran yang heterogen. Dalam suspensi, partikel - partikel terdispersi dapat diamati dengan mata secara langsung atau dengan menggunakan bantuan mikroskop. Suspensi merupakan sistem dispersi yang tidak stabil, sehingga bila tidak diaduk terus - menerus akan mengendap. Semakin besar ukuran partikel tersuspensi mka akan semakin cepat proses pengendapan yang terjadi. Beberapa contoh suspensi dalam kehidupan sehari hari seperti pasir yang dimasukkan ke dalam air yang terdapat dalam sebuah wadah. 
Untuk memisahkan suspensi dapat dilakukan dengan proses penyaringan (filtrasi). oleh karena ukuran partikelnya relatif besar, maka zat - zat yang terdispersi akan tertinggal di atas penyaring.

2. Larutan
Larutan merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil, sehingga tidak dapat dibedakan atau diamati antara partikel pendispersi dengan partikel terdispersi walaupun menggunakan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi. Karena ukuran partikel yang sangat kecil maka campurannya bersifat homogen dan sukar dipisahkan dengan teknik penyaringan dan alat sentrifuge.
Oleh karena ukuran partikel zat terdispersi dengan medium pendispersinya hampir sama, maka sifat zat pendispersi dalam larutan akan terpengaruh odengan adanya zat terdispersi seperti perubahan titik didih maupun titik beku sistem dispersi tersebut.

3. Koloid
Sistem koloid merupakan sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar dari ukuran larutan dan lebih kecil dari suspensi. Secara umum ukuran partikel koloid berkisar antara 1 nm sampai dengan 100 nm. Beberapa sistem koloid nampak jelas secara fisik seperti santan, air susu, dan lem. Akan tetapi terdapat beberapa koloid sepintas seperti larutan misalnya larutan kanji encer, agar - agar yang masih cair serta air teh. Oleh karena ukuran partikel koloid sangat kecil maka sangat sulit diamati secara kasat mata. Untuk mengamati sistem koloid diperlukan alat pembesar berupa mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi.
Sistem dispersi koloid dapat terjadi dari dispersi zat padat, cair atau gas ke dalam zat pendispersi dalam fasa padat, cair maupun gas. sedangkan fasa gas yang terdispersi dalam gas tidak akan membentuk koloid. Berikut ini beberapa jenis koloid berdasarkan fasa terdispersinya dan fasa pendispersinya sebagai berikut:


Sistem koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari - hari. Misalnya santan, susu, es krim, debu dan asap. 


Sunday, February 24, 2019

Konsep Mol

Soal
Pada P, V, dan T yang sama, sejumlah gas X memiliki massa 2 kali massa gas CH4 (Ar N = 14, C = 12, O = 16, dan H = 1). Dari fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa gas X adalah ....
(A) O2
(B) C2H2 
(C) C2H6
(D) CO
(E) N2

Pembahasan
Soal memberikan data yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan di atas yaitu P, V, dan T sama artinya n (jumlah zat) juga sama. Konsep ini berkaitan dengan persamaan gas ideal yaitu
P.V = n.R.T
Selanjutnya Misalkan jika terdapat 1 mol gas CH4 maka akan memiliki massa = Mr CH4  
Mr CH4  = (12+ (1×4)) g = 16 g.
Penyelesaian akhir adalah menggunakan perbandingan mol antara gas X dan gas CH4 sehingga diperoleh persamaan:
Massa  1 mol gas X = 2 × massa CH4
Massa  1 mol gas X = 2 × 16 g
Massa  1 mol gas X = 32 g
Setelah kita berhasil menghitung massa  1 mol gas X = 32 gram, maka tiap molekul pada pilihan yang tersedia diuji untuk menentukan jawaban yang tepat:
Dalam tiap 1 mol molekul dibawah ini akan mengandung massa sebesar:
O2 = (2×16) = 32 g
C2H2  = (12×2) +(1×2) = 26 g
C2H6 = (12×2) g +(1×6) = 30 g
CO = (12 +16)  = 28 g
N2 = (2×14)  = 28 g
Sehingga diperoleh jawaban yang paling tepat adalah O2

Asam Basa Konjugasi

Soal
Dalam reaksi berikut:
HNO2 + H2O NO2 + H3O+
HPO42– + SO32–  PO43– + HSO3–
HNO2 + PO43–  NO2– + HPO42–

Yang merupakan pasangan asam-basa konjugasi adalah ....
(A) HPO42– dan PO43–
(B) HNO2 dan H3O+
(C) NO2– dan PO43–
(D) HNO2 dan HPO42–
(E) H2O dan HSO3–

Pembahasan
Pasangan asam basa konjugasi mempunyai ciri - ciri yaitu memiliki rumus kimia yang mirip dengan selisih jumlah Hidrogen sebanyak satu atom. Berdasarkan pilihan yang tersedia, maka jawaban yang mungkin adalah HPO42– dan PO43–, Keduanya memiliki rumus kimia yang mirip dengan selisih satu atom Hidrogen.

Soal
Dalam reaksi berikut:
HSO4–(aq) + H2O(l) H3O+(aq)  + SO42–(aq)
CH3COOH(aq) + HI(aq) CH3COOH2+(aq) + I(aq)
H2O(l) + S2–(aq) OH(aq) + HS(aq)

yang bukan merupakan pasangan asam-basa konjugasi adalah ....
(A) HSO4– dan SO42–
(B) H2O dan H3O+
(C) CH3COOH dan CH3COOH2+
(D) H2S dan S2–
(E) H2O dan OH

Pembahasan
Pada soal sebelumnya telah dijelaskan bahwa pasangan asam basa konjugasi mempunyai ciri – ciri yaitu rumus kimianya memiliki kemiripan dengan selisih jumlah Hidrogen sebanyak satu atom.
berdasarkan pilihan jawaban yang ada maka H
2S dan S2– bukan pasangan asam-basa konjugasi walaupun memiliki kemiripan pada rumus kimia. Hal ini disebabkan karena selisih jumlah atom Hidrogen keduanya lebih dari satu.



Thursday, February 21, 2019

Soal SBMPTN 2018


Soal Pereaksi Pembatas

Gas disilana (Mr = 62) bereaksi dengan gas O2  (Mr = 32) pada suhu tertentu menurut reaksi berikut:
        2Si2H6(g) + 7O2(g) → 4SiO2(s) + 6H2O(l)
Massa SiO2 (Mr =60) yang dihasilkan dari reaksi antara 46,5 g Si2H6 dan 128 g O2  adalah .....
(A) 8,6 g
(B) 32 g
(C) 60 g
(D) 62 g
(E) 90 g

Pembahasan: 
Bagaimana cara menyelesaikan soal di atas? Sobat harus memulai penyelesaian soal ini dengan menentukan senyawa yang bertindak sebagai pereaksi pembatas pada reaksi tersebut. Caranya adalah dengan menghitung jumalh mol masing masing pereaksi sebagai berikut:

Jumlah mol Si2H6 = (Massa Si2H6)/Mr Si2H6
                               = 46,5 g / 62 g/mol
                               = 0,75 mol
Jumlah mol O2     = (Massa O2)/Mr O2
                              = 128 g / 32 g/mol
                              = 4 mol

Untuk menentukan pereaksi pembatas maka jumlah mol masing-masing pereaksi  dibagi dengan koefisiennya:

Mol Si2H6/Koef    :  Mol O2/Koef
0,75 mol/ 2          :  4 mol/7
0,375                    :  0,571
Karean angka banding molekul Si2H6 lebih kecil maka senyawa tersebut akan menjadi pereaksi pembatas.
Selanjutnya kita gunakan tabel ABS :

Reaksi
 2Si2O6(g)          +     7O2(g)     →    4SiO2(g)   +    6H2O(l)
Awal
0,75 mol
4 mol
-
-
Bereaksi
0,75 mol
2,625 mol
1,5 mol
2,25 mol
Sisa
-
1,375 mol
1,5 mol
2,25 mol
Berdasarkan data ABS di atas maka sobat bisa menentukan massa SiO2 yang dihasilkan dengan cara:
Massa SiO2 = Mol SiO2 sisa x Mr
      = 1,5 mol × 60 g/mol
      = 90 g
Sehingga massa SiO2 yang dihasilkan adalah 90 gram.


Wednesday, February 20, 2019

Tatanama Senyawa Biner Kovalen

Pada tulisan sebelumnya kita telah membahas tata cara penamaan senyawa biner ikatan ionik. Topik kali ini akan membahas tata cara penamaan senyawa biner ikatan kovalen. Pada penamaan senyawa biner ikatan kovalen mengikuti beberapa aturan diantaranya:

1. Senyawa biner yang unsur - unsurnya hanya dapat membentuk satu jenis molekul, penamaannya mengikuti rumus sebagai berikut:

Nama Nonlogam 1 + Nama Nonlogam 2 + Ida

Contoh: H2S = Hidrogen Sulfida
            HCl = Hidrogen Klorida

2. Senyawa biner yang unsur - unsurnya dapat membentuk lebih dari satu molekul maka untuk menbedakan antara satu dan yang lainnya, maka ditambahakan awalan sesuai dengan jumlah atom pada molekul tersebut. Awalan tersebut adalah:

1
Mono
2
Di
3
Tri
4
Tetra
5
Penta
6
Heksa
7
Hepta
8
Okta
9
Nona
10
Deka

Untuk penulisan nama menggunakan format:

X + Nama Non Logam 1 + Y + Nama Non Logam 2 + Ida

Keterangan :
X dan Y adalah angka indeks yang menyatakan jumlah atom yang terlibat pada suatu senyawa biner.
Catatan : Untuk nilai X dituliskan jika > 1 (2,3,4,5,6,7,8,9,10)

Contoh: Tentukan Nama yang tepat untuk senyawa berikut:
a. CO
    Analisis: Kita dapat menentukan nilai X dan Y senyawa CO yaitu X = 1 dan Y = 1. Berdasarkan data tersebut maka X tidak akan disebutkan pada penulisan nama senyawa tersebut dan untuk Y = 1 akan ditulis mono. Sehingga penulisan nama seyawa tersebut adalah : Karbon monoksida.

b. CO2
Analisis: Kita dapat menentukan nilai X dan Y senyawa CO yaitu X = 1 dan Y = 2. Berdasarkan data tersebut maka X tidak akan disebutkan pada penulisan nama senyawa tersebut dan untuk Y = 2 akan ditulis di. Sehingga penulisan nama seyawa tersebut adalah : Karbon dioksida.

c. NO2
Analisis: Kita dapat menentukan nilai X dan Y senyawa NO2 yaitu X = 1 dan Y = 2. maka X tidak akan disebutkan pada penulisan nama senyawa tersebut dan untuk Y = 2 akan ditulis di. Sehingga penulisan nama senyawa tersebut adalah : Nitrogen dioksida.
d. N2O5
Analisis: Kita dapat menentukan nilai X dan Y senyawa N2O5 yaitu X = 2 dan Y = 5. Berdasarkan data tersebut maka X =2 akan di dan untuk Y = 5 akan ditulis penta. Sehingga penulisan nama senyawa tersebut adalah : Dinitrogen pentaoksida.


Semoga bermanfaat.










Sunday, February 17, 2019

Daftar Mineral Unsur yang terdapat di Alam

Selain unsur Emas, Perak dan Raksa pada umumnya unsur logam ditemukan di alam dalam bentuk mineral atau bijih. Untuk mendapatkan unsur tersebut dibutuhakan pemurnian dari mineralnya dengan berbagai teknik seperti penggunaan tanur tinggi untuk memurnikan besi, serta penggunaan metode Hall Herault untuk memurnikan alumnium dari mineralnya. Pada tabel berikut ini, disediakan data logam beserta bentuk mineralnya yang diperoleh di alam baik di atas permukaan bumi maupun yang terdapat di dalam perut bumi. Semoga bermanfaat!

UNSUR
SIMBOL
MINERAL
RUMUS
TITAN
Ti
Rutil
TiO2
Ilmenit
FeTiO3
KROM
Cr
Kromit
Cr2O3.FeO
MANGAN
Mn
Magenesit
MgCO3
Pirolusit (Batu Kawi)
MnO2
BESI
Fe
Hematit
Fe2O3
Magnetit
Fe3O4
Siderit
FeCO3
Pirit
FeS2
KOBALT
Co
Kobaltit
CoAsS
NIKEL
Ni
Pentlandit
FeNiS8
Garnierit
(NiMg)SiO3.nH2O
TEMBAGA
Cu
Kalkopirit
CuFeS2
Kalkosit
Cu2S
Bornite
Cu5FeS4
Cuprite
Cu2O
SILIKON
Si
Silika (Kuarsa)
SiO2
Asbes
Mg3Ca(SiO3)4
ALUMINIUM
Al
Bauksit
Al2O3.nH2O
Kriolit
Na3AlF6
MAGNESIUM
Mg
Magnesit
MgCO3
Dolomit
CaCO3.MgCO3
Kieserit
MgSO4. 2H2O
Epsom
MgSO4. 7H2O
Brucite
Mg(OH)2
KALSIUM
Ca
Gips
CaSO4.2H2O
Calcite
CaCO3
Fluorite
CaF2
STRONSIUM
Sr
Stronsianit
SrCO3
Celestine
SrSO4
BARIUM
Ba
Barit
BaSO4
Witerit
BaCO3
SENG
Zn
Seng blende (Spalerit)
ZnS
Kalamin
ZnCO3
NATRIUM
Na
Halit
NaCl
Sendawa Chili
NaNO3
Kriolit
Na3AlF6
Boraks
Na2B4O7. 10H2O
VANADIUM
V
Patronit
VS4
KALIUM
K
Silvit
KCl
Karnalit
KCl.MgCl2.6H2O
Sendawa
KNO3
BERILIUM
Be
Beril
Be3Al2Si6O18
TIMAH
Sn
Kasiterit
SnO2


Soal Sistem Gerak

Soal:

Membran yang membatasi sendi seorang pasien memerah dan kartilagonya rusak. Keadaan ini akan membentuk jaringan luka yang mengeras menjadi tulang sehingga menyebabkan sendi tidak dapat bergerak dan sakit luar biasa.
Berdasarkan data, dokter menyatakan pasien tersebut mengalami....

A. Ankilosis
B. Osteoarthritis
C. Rheumatoid arthritis
D. Dislokasi
E. Poliomyelitis

Jawaban:
C. Rheumatoid arthitis

Pembahasan:
A. Ankilosis
Ankilosis atau ankylosis (bahasa Inggris) merupakan gangguan pada sendi yang menyebabkan sendi menjadi kaku atau bahkan tulang-tulang saling melekat satu sama lainnya. Jika terserang ankilosis, maka tungkai dan lengan akan sulit digerakkan pada mulanya dan kemudian tidak dapat digerakkan sama sekali saat ankilosis bertambah parah.Ankilosis disebabkan oleh radang pada jaringan ikat di sekitar sendi atau penumpukan asam urat. Ankilosis paling sering menyerang lutut, namun juga dapat menyerang pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan leher.