Oleh Nurfitri Hadi
(@nfhadi07)
kisahmuslim.com
Dia adalah laki-laki yang hebat. Memiliki nama besar
dalam sejarah dunia. Namun capaiannya tidak banyak dikisahkan. Tidak seperti
Abu Bakar dan Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhuma. Bukan berarti
capaiannya kalah mentereng dari kedua pendahulunya. Dialah juga pahlawan dalam
arti sebenarnya.
Nasab
Dialah Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu. Utsman
bin Affan adalah salah seorang yang paling pertama menerima Islam, beriman
kepada Nabi ﷺ, dan mendukung
perjuangan beliau ﷺ. Disebutkan bahwasanya
Utsman bin Affan adalah laki-laki keempat yang menerima dakwah Islam.
Utsman lahir dari klan Umayyah, kabilah kaya dan
terkemuka dari suku Quraisy. Ia memiliki status sosial dan ekonomi yang tinggi,
namun ia seorang laki-laki sederhana dan rendah hati. Ketika ayahnya meninggal,
sang ayah meninggalkan warisan besar untuk Utsman. Ia diwariskan bisnis
keluarga. Bisnisnya terus berkembang, hingga ia menjadi salah seorang terkaya
di Mekah.
Pribadi Yang Mulia
Laki-laki Quraisy ini dikenal dengan gelaran Dzun
Nurain, pemilik dua cahaya. Karena ia menikahi dua orang putri Rasulullah ﷺ. Yang pertama Ruqayyah. Setelah Ruqayyah meninggal,
Utsman dinikahkan Nabi ﷺ dengan putrinya Ummu
Kultsum. Ummu Kultsum juga meninggal di masa hidup Nabi ﷺ.
Dia melakukan dua kali hijrah, yang pertama ke
Habasyah. Di sana ia sukses dalam berbisnis. Namun, dua tahun kemudian ia
kembali ke Maekah. Dan kemudian turut serta hijrah ke Madinah.
Pada saat Perang Badar, istri Utsman, putri Nabi ﷺ, Ruqayyah, menderita sakit parah. Utsman tinggal di
Madinah untuk menemani istrinya yang sakit. Karena itulah ia tidak turut serta
dalam Perang Badar. Pelajaran bagi kita, seorang tokoh besar dan berpengaruh di
masyarakat, Utsman bin Affan, setia menemani istrinya di hari terakhir. Ia
adalah seorang laki-laki baik yang penuh kasih dan manusia penyayang.
Sesampainya kabar kemenangan kaum muslimin di Badar, saat itu pula Ruqayyah
telah meninggal dan telah dimakamkan.
Utsman bin Affan terkenal dengan sifat malu dan
kemurahan hati yang tak berujung. Diriwayatkan, bahwa Nabi Muhammad ﷺ berbaring di rumahnya sementara bagian dari kaki
beliau terlihat. Abu Bakar meminta izin untuk masuk, beliau mengizinkannya dan
berbicara dengannya. Kemudian Umar bin al-Khattab meminta izin masuk, beliau
juga mengizinkannya dan berbicara kepadanya. Lalu Utsman bin Affan meminta izin
masuk, lalu Nabi ﷺ duduk dan merapikan
pakaiannya. Utsman pun diizinkan masuk dan beliau berbicara kepadanya.
Ketika Utsman pergi, Ummul Mukminin Aisya radhiallahu
‘anha bertanya, “Abu Bakar datang Anda tidak bergerak. Umar datang Anda
tidak juga bergerak, tapi ketika Utsman datang, Anda duduk dan merapikan
pakaian Anda?”
Nabi ﷺ menjawab, “Apakah aku
tidak merasa malu dengan seorang laki-laki yang para malaikat merasa malu?”
(Sahih Muslim, hadis: 2401). Betapa agung dan terhormat laki-laki ini, bahkan
para malaikat surga pun menaruh penghormatan khusus padanya.
Kedermawanan Menantu Rasulullah ﷺ
Kemurahan hati dan kedermawanannya, terus tiada henti.
Ia merasa bahagia menghabiskan sejumlah besar kekayaannya untuk membantu umat
Islam.
Tak beberapa lama setelah kaum muslimin hijrah ke
Madinah, mereka mengalami kesulitan air. Dan mereka sangat membutuhkan sumber
air minum. Sementara itu, hanya ada satu sumur di sekitar mereka. Sumur itu
dimiliki oleh seorang pria Yahudi. Si Yahudi menjual air kepada kaum muslimin
dengan harga yang begitu tinggi. Kondisi hidup pun kian sulit.
Nabi Muhammad ﷺ
memotivasi para sahabatnya, siapa yang dapat membeli sumur milik si Yahudi
(Sumur Ruma), kemudian mendermakannya untuk kaum muslimin. Imbalannya adalah
sebuah rumah di surga.
Utsman bin Affan yang pertama maju. Dia mendekati si
Yahudi, mencoba membeli sumur. Awalnya Yahudi itu menolak tawaran Utsman.
Kemudian Utsman menawarkan membeli setengahnya. Satu hari menjadi milik Utsman,
dan hari berikutnya menjadi miliki si Yahudi. Begitu seterusnya. Yahudi itu pun
menerima tawaran Utsman. Pada hari giliran Utsman, ia memberikan air gratis
untuk semua orang. Dan di hari berikutnya, tak ada yang datang untuk mengisi
air. Sumur itu pun tak menghasilkan uang lagi untuk laki-laki Yahudi itu.
Akhirnya, si Yahudi menjual setengah sisanya kepada Utsman.
Utsman bin Affan memberikan air sumur tersebut secara
gratis kepada masyarakat. Hingga hari ini, air sumur tersebut masih digunakan.
Berulang kali, kemurahan hati Ustman menjadi berkah
bagi kaum muslimin di masa-masa sulit. Pernah terjadi kemarau panjang di masa
kekhalifahan Umar bin al-Khattab. Satu tahun penuh tak juga turun hujan.
Tanaman layu dan mati. Masyarakat ditimpa bencana kelaparan. Lalu datang sebuah
kafilah dengan 1.000 onta yang sarat dengan biji-bijian dan perlengkapan.
Barang-brang kebutuhan itu baru saja tiba dari Suriah. Semuanya adalah milik
Utsman bin Affan.
Para pedagang dan pembeli cepat-cepat bernegosiasi
dengan Utsman. Menawar dan membeli barang-barangnya untuk untuk melepaskan diri
dari lilitan kesulitan. Mereka menawar, membeli biji-bijian dengan keuntungan
5%, tapi tawaran mereka ditolak sang pemilik. Kata Utsman, ada tawaran yang
lebih baik dari yang mereka berikan. Barangnya sudah ditawar dengan keuntungan
sepuluh kali laba. Para pedagang dan pembeli merasa putus asa dengan tawaran
Utsman. Mereka tidak sanggup membayar lebih dari penawar yang telah Utsman
sebutkan. Sejurus kemudian, Utsman bagikan gratis barang-barang dagangannya.
Allah lah yang akan membalasnya sepuluh kali lipat bahkan sampai tujuh ratus
kali lebih. Utsman distribusikan seluruh persediaan biji-bijian tersebut kepada
orang-orang miskin, gratis!
Dalam hukum ekonomi, saat permintaan naik, maka harga
barang pun akan naik. Namun itu tidak berlaku bagi Utsman, saat permintaan
masyarakat naik karena terdesak dan sangat butuh akan bahan pangan, saat itu
pula ia turunkan harga. Ia bagikan secara cuma-cuma. Dan ia jadikan momen
tersebut untuk ‘berniaga’ dengan Allah ﷻ.
Perdagangan yang tak akan rugi.
Utsman juga pernah menginfakkan harta 1000 dinar untuk
membiayai pasukan di masa-masa sulit (jaisyul usrah). Jika satu dinar sama
dengan 2,3 juta. Maka satu kali infak tersebut, Utsman mengeluarkan uang 2,3 Milyar.
2,3 Milyar di zaman itu, berbeda nilainya dengan zaman sekarang. Di zaman itu
nilai uang jauh lebih tinggi dibanding sekarang. hingga Rasulullah ﷺ bersabda,
“Tidak
membahayakan bagi Utsman apa yang dia kerjakan setelah hari ini.” Beliau
mengucapkannya berulang-ulang. (HR. Ahmad).
Capaian di Masa Kekhalifahan
Ketika Umar bin Al-Khattab terbunuh, dia menunjuk
sebuah komite yang terdiri dari enam orang. Komite tersebut bertugas memilih
siapa di antara mereka yang menjadi khalifah setelah Umar. Komite tersebut
beranggotakan: Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdur Rahman bin Auf,
Sa’ad bin Abi Waqqas, az-Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. Setelah
dua hari bermusyawarah dan setelah memastikan pendapat kaum muslimin di
Madinah, pilihan pun dibuat, lima anggota komite dan kaum muslimin Madinah
berjanji setia (baiat) kepada Khalifah Ketiga, Utsman bin Affan radhiallahu
‘anhu.
Capaian Utsman bin Affan dalam masa pemerintahannya
tentu tidak bisa diringkas dalam beberapa paragrap saja. Tapi setidaknya kita
tahu sebagian dari jasa besarnya. Di masanya, Islam tersebar ke Barat hingga
wilayah Maroko, ke Timur hingga ke Afghanistan, dan ke Utara hingga sampai
Armenia dan Azerbaijan. Ia menerapakan kebijakan yang lebih longgar, tidak
seketat di zaman pendahulunya, Umar bin al-Khattab.
Selama paruh pertama pemerintahannya, dunia Islam
menikmati perdamaian internal, ketenangan, dan kemakmuran ekonomi.
Kontribusi paling menonjol di masa kekhalifahan Utsman
adalah penyeragaman bacaan Alquran. Karena populasi muslim tersebar di wilayah
yang luas, banyak orang dari budaya lain di negeri nan jauh yang masuk Islam,
kebutuhan untuk menyeragamkan bacaan Alquran pun tak bisa ditawar. Alquran
dibaca dengan dialek dan bahasa yang sama. Saat itu, hanya tersisa satu copy
Alquran yang dibukukan di masa kekhalifahan Abu Bakar. Mushaf tersebut disimpan
di kediaman Ummul Mukminin Hafshah radhiallahu ‘anha, putri Umar bin
Al-Khattab.
Utsman bin Affan meminta Alquran tersebut kepada
Hafsah untuk diduplikasi. Kemudian membentuk tim yang terdiri dari: Zaid bin
Tsabit, Abdullah bin az-Zubair, Sa’ad bin al-Ash, dan Abdurrahman bin
al-Harits. Merekalah yang ditugaskan untuk menyalin Alquran.
Setelah selesai, salinan asli dikembalikan ke Hafsah.
Sementara salinan yang baru dikirim ke berbagai negara Islam yang baru. Alquran
tersebut dijadikan pedoman untuk membaca, belajar, menghafal, dan mengajarkan
Alquran.
Prestasi besar lainnya adalah Utsman membuat angkatan
laut muslim pertama. Ekspedisi militer muslim di laut berlayar untuk pertama
kalinya di bawah kekhalifahan Utsman. Pasukan tersebut dipimpin oleh Muawiyah
bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhu.
Utsman bin Affan adalah sosok yang tak habis untuk
diceritakan dan dikagumi. Untuk lebih mengenal beliau, silahkan membaca
artikel-artikel kisahmuslim.com yang lain, yang memuat tentang beliau, Dzun
Nurain, Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu.