Sumber :blog.safetyshoes.co.id
A. Tata Tertib di Laboratorium
Tata tertib ini penting untuk menjaga kelancaran dan
keselamatan bekerja/praktikum di dalam laboratorium. Berikut ini beberapa
contoh tata tertib.
- Alat-alat serta bahan yang ada di dalam laboratorium tidak diperkenankan diambil keluar tanpa seizin guru.
- Alat dan bahan harus digunakan sesuai dengan petunjuk praktikum yang diberikan.
- Jika dalam melakukan percobaan tidak mengerti atau ragu-ragu, hendaknya segera bertanya kepada guru.
- Bekerja di laboratorium hendaknya memakai jas laboratorium.
- Jika ada alat yang rusak atau pecah, hendaknya dengan segera dilaporkan kepada guru.
- Jika terjadi kecelakaan, sekalipun kecil, seperti kena kaca, terbakar, atau terkena bahan kimia, hendaknya segera dilaporkan ke guru.
- Etiket (label) bahan yang hilang atau rusak harus segera diberitahukan kepada guru, agar dapat segera diganti.
- Tidak diperkenankan makan, minum dan merokok di dalam laboratorium.
- Setelah selesai percobaan, alat-alat hendaknya dikembalikan ke tempat semula dalam keadaan bersih.
- Buanglah sampah pada tempatnya.
- Sebelum meninggalkan laboratorium, meja praktikum harus dalam keadaan bersih, kran air dan gas ditutup, dan kontak listrik dicabut.
Untuk mencegah terjadinya bahaya yang tidak diinginkan,
penyimpanan bahan kimia perlu memperhatikan hal-hal berikut.
- Botol-botol yang berisi bahan kimia disimpan pada rak atau lemari yang disediakan khusus untuk itu.
- Jangan mengisi botol-botol sampai penuh.
- Jangan menggunakan tutup dari kaca untuk botol yang berisi basa, karena lama kelamaan tutup itu akan melekat pada botol dan susah dibuka.
- Semua peralatan/gelas kimia yang berisi bahan kimia harus diberi label yang menyatakan nama bahan itu.
- Bahan kimia yang dapat bereaksi hebat hendaknya jangan disimpan berdekatan.
- Bahan-bahan kimia yang sangat beracun dan berbahaya hendaknya dibeli dalam jumlah kecil dan tanggai pembeliannya dicatat.
- Semua bahan persediaan bahan kimia secara teratur diteliti.
- Tabung reaksi yang berisi zat kimia tidak boleh diarahkan ke wajah sendiri atau orang lain.
- Senyawa kimia tidak boleh dibau.
- Larutan kimia yang tertuang di meja praktikum atau di lantai dibersihkan segera dengan cara asam pekat dinetralkan dahulu dengan serbuk NaHC03. Basa kuat dinetralkan dahulu dengan serbuk NH4CI, kemudian ditambah air yang cukup.
- Larutan pekat yang tidak terpakai harus dibuang setelah diencerkan dengan air terlebih dahulu. Mulut tabung reaksi atau bejana, selama digunakan untuk pencampuran atau pemanasan tidak boleh ditengok langsung.
- Senyawa/zat kimia tertentu (asam kuat dan basa kuat) tidak boleh dicampur karena akan terjadi reaksi yang dahsyat, kecuali sudah diketahui pasti tidak menimbulkan bahaya.
- Penggunaan pelindung wajah sangat diperlukan jika menangani zat-zat/senyawa-senyawa kimia yang berbahaya, dan jangan mengembalikan zat/senyawa kimia yang terlanjur tertuang untuk dikembalikan ke botol asalnya.
Pada umumnya sebuah laboratorium mempunyai satu atau
lebih neraca. Alat ini merupakan alat yang mahal, dan umurnya bergantung
pada cara menggunakannya dan bagaimana memeliharanya.
Umumnya laboratorium tidak mempunyai ruang tersendiri untuk neraca.
Walaupun demikian, hendaknya diusahakan agar neraca itu mendapat tempat
yang baik. Neraca itu harus berdiri di atas sebuah meja yang tahan getaran
dan letaknya jangandekat jendela atau pintu yang sering kali dibuka.
Setiap tahun neraca hendaknya ditera, untuk dapat mempertahankan
ketelitiannya. Setelah menimbang sesuatu, piring penimbang
hendaknya dibersihkan. Jika ada zat yang tertumpah ketika sedang
menimbang, segera piring neraca dicuci dengan air, lalu dikeringkan.
Ketika menimbang harus diusahakan agar daya beban yang telah ditentukan tidak
dilampaui. Juga harus dijaga agar jumlah batu timbang tetap lengkap.
Mikroskop hendaknya selalu tersimpan dalam kotaknya dan
disimpan dalam lemari yang terkunci. Ruang tempat menyimpan harus kering (tidak
lembap). Kelembapan ruangan menyebabkan jamur mudah tumbuh pada lensanya. Untuk
membuat ruangan itu kering, dalam lemari dipasang lampu yang selalu dinyalakan
sebesar 25 watt. Sebaiknya keadaan lensa-lensa dan filter-filter secara teratur
diperiksa, sehingga dapat diketahui sedini mungkin adanya jamur atau kotoran
yang melekat pada lensa-lensa itu. Untuk membersihkan lensa digunakan kertas
lensa khusus. Untuk membersihkan jamur yang melekat pada susunan lensa dalam
sebaiknya diserahkan kepada seorang ahli.
Jika kalian bekerja/praktikum di laboratorium, seharusnya
mengetahui bahaya akibat penggunaan alat dan bahan tersebut. Bahaya akibat
praktikum di laboratorium di antaranya adalah:
- Bahaya radioaktif, contoh: penyakit akibat terkena bahan radioaktif.
- Bahaya api, contoh: luka terbakar api.
- Khusus pada kecelakaan akibat api, pada umumnya akibat kelengahan manusia atau tidak sepengetahuan manusia.
- Bahaya biologi, contoh: penyakit akibat menggunakan mikroorganisme/jasad renik.
- Bahaya listrik, contoh: terkena arus listrik.
- Bahaya mekanis, contoh akibat terkena alat- alat bergerak/berputar.
Pada beberapa kemasan bahan kimia tertera lambang- lambang
yang menunjukkan tingkat bahaya, misalnya:
- Iritasi, contoh: kloroform, alkohol, hidrogen peroksida.
- Beracun, contoh: sianida, arsen, merkuri.
- Mudah meledak, contoh: perklorat, permanganat.
- Korosi, contoh: asam-asam anorganik dan basa kuat.
- Radioaktif, contoh: uranium, plutonium, torium.
- Mudah terbakar, contoh: gas metana, kerosin, belerang, fosfor, eter.
Laboratorium
adalah tempat kerja yang berpotensi muncul kecelakaan. Walau kecelakaan kecil
dan ringan, tetaplah adalah kecelakaan yang mungkin saja menyebabkan dampak
yang semakin besar.
Sumber bahaya yang berpotensi menyebabkan kecelakaan dapat berbahan kimia, bahan biologis, radiasi, aliran listrik, dan yang lain. Semua itu bisa membuat dampak yang tidak diinginkan seperti keracunan, iritasi, ledakan sampai kebakaran.
Di bawah ini adalah tips cara penanganan awal sebagai pertolongan pertama (P3K) pada kecelakaan kerja di Laboratorium kimia :
Sumber bahaya yang berpotensi menyebabkan kecelakaan dapat berbahan kimia, bahan biologis, radiasi, aliran listrik, dan yang lain. Semua itu bisa membuat dampak yang tidak diinginkan seperti keracunan, iritasi, ledakan sampai kebakaran.
Di bawah ini adalah tips cara penanganan awal sebagai pertolongan pertama (P3K) pada kecelakaan kerja di Laboratorium kimia :
1. Luka bakar
akibat zat kimia
- Terkena larutan asam
dicuci dengan air mengalir sebanyak-banyaknya
Setelah itu bersihkan dengan 1% Na2CO3
lalu cuci lagi dengan air
Keringkan dan oleskan dengan salep levertran.
Setelah itu bersihkan dengan 1% Na2CO3
lalu cuci lagi dengan air
Keringkan dan oleskan dengan salep levertran.
- Terkena logam natrium atau kalium
Kulit dicuci dengan air mengalir kira-kira selama 15-20 menit
Netralkan dengan larutan 1% asam asetat
Dikeringkan dan oleskan dengan salep levertran atau luka ditutup dengan kapas steril atau kapas yang sudah dibasahi asam pikrat.
- Terkena bromin
Luka itu ditutup dengan pasta Na2CO3.
Terkena
phospor
Kulit yang terkena segera dicuci dengan air sebanyak-banyaknya
Lalu cuci dengan larutan 3% CuSO4.
Kulit yang terkena segera dicuci dengan air sebanyak-banyaknya
Lalu cuci dengan larutan 3% CuSO4.
2. Luka bakar
akibat benda panas
Diolesi
dengan salep minyak ikan atau levertran
Mencelupkan ke air es secepat-cepatnya atau dikompres hingga rasa nyeri agak berkurang.
Mencelupkan ke air es secepat-cepatnya atau dikompres hingga rasa nyeri agak berkurang.
3. Luka pada
mata
- Terkena percikan larutan asam
Mata bisa dicuci dengan air bersih kurang lebih 15 menit terus-menerus
Dicuci dengan larutan 1% Na2C3
- Terkena percikan larutan basa
Dicuci dengan larutan 1% asam borat dengan gelas pencuci mata
4. Keracunan
- Keracunan zat melalui pernapasan
Menghindarkan
korban dari lingkungan zat itu, lalu pindahkan korban ke tempat yang berudara
segar.
Jika korban
tak bernafas, selekasnya berikanlah pernapasan buatan lewat cara menekan sisi
dada atau pemberian pernapasan buatan dari mulut ke mulut korban.