Reaksi redoks dapat didefinisikan dengan menggunakan tiga konsep yaitu
konsep pelepasan dan penerimaan Oksigen, konsep perpindahan electron dan konsep
bilangan oksidasi. Masing masing konsep memiliki kelebihan dan kelemahan masing masing, namun
dewasa ini konsep yang paling dapat diterima untuk menjelaskan definisi redoks
adalah konsep bilangan oksidasi.
Suatu reaksi redoks dapat dibedakan dari reaksi bukan redoks dengan melihat perubahan bilangan oksidasi pada unsur unsur yang menyusun senyawa dalam sebuah reaksi kimia. Jika terdapat unsur yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi antara ruas kiri dan ruas kanan dalam sebuah persamaan reaksi artinya unsur tersebut mengalami oksidasi dan bersifat reduktor. Sebaliknya jika terdapat unsur yang mengalami penurunan bilangan oksidasi, artinya unsur tersebut mengalami reduksi dan bersifat oksidator.
Untuk lebih meningkatkan pemahaman terkait cara membedakan reaksi redoks dan bukan redoks, simaklah contoh reaksi berikut ini:
Pada ruas
kiri molekul H2 dan Cl2 merupakan unsur bebas sehingga
nilai bilangan oksidasinya = 0, sedangkan di ruas kanan atom H dan Cl bergabung dalam
bentuk senyawa sehingga bilangan oksidasinya ditentukan dengan menggunakan
aturan penentuan bilangan oksidasi sehingga diperoleh biloks unsur H dalam senyawa HCl = + 1 sedangkan
biloks Cl = -1. Adanya perubahan biloks antara atom sejenis diruas kiri dan
kanan menunjukan bahwa reaksi di atas adalah reaksi redoks. Molekul H2
mengalami oksidasi sedangkan molekul Cl2 mengalami reduksi.
Selanjutnya perhatikan contoh reaksi antara tembaga(I)oksida dan asam klorida berikut ini:
Selanjutnya perhatikan contoh reaksi antara tembaga(I)oksida dan asam klorida berikut ini:
Pada persamaan reaksi
di atas semua unsur dalam reaksi tersebut tidak mengalami perubahan bilangan
oksidasi. Dengan kata lain bilangan oksidasi unsur sejenis diantara kedua ruas
sama. Hal tersebut menunjukan bahwa reaksi kimia tersebut bukanlah reaksi
redoks.
No comments:
Post a Comment