Rokok
dan Reaksi Kimia (Pembakaran)
Proses
pembakaran rokok tidaklah berbeda dengan proses pembakaran bahan-bahan padat
lainnya. Rokok yang terbuat dari daun tembakau kering, kertas dan zat perasa,
dapat dibentuk dari unsur Carbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N)
dan Sulfur (S) serta unsur-unsur lain yang berjumlah kecil. Rokok secara
keseluruhan dapat diformulasikan secara kimia yaitu sebagai (CvHwOtNySzSi).
Dua
reaksi yang mungkin terjadi dalam proses merokok
Pertama
adalah reaksi rokok dengan oksigen membentuk senyawa-senyawa seperti CO2,
H2O, NOx, SOx, dan CO. Reaksi ini disebut
reaksi pembakaran yang terjadi pada temperatur tinggi yaitu diatas 800oC.
Reaksi ini terjadi pada bagian ujung atau permukaan rokok yang kontak dengan
udara.
CvHwOtNySzSi
+ O2 -> CO2+ NOx+ H2O + SOx +
SiO2 (abu) ((pada suhu 800oC))
reaksi
pembakaran rokok
Reaksi
yang kedua adalah reaksi pemecahan struktur kimia rokok menjadi senyawa kimia
lainnya. Reaksi ini terjadi akibat pemanasan dan ketiadaan oksigen. Reaksi ini
lebih dikenal dengan pirolisa. Pirolisa berlangsung pada temperatur yang lebih
rendah dari 800oC. Sehingga rentang terjadinya pirolisa pada bagian
dalam rokok berada pada area temperatur 400-800oC. Ciri khas reaksi
ini adalah menghasilkan ribuan senyawa kimia yang strukturnya kompleks.
CvHwOtNySzSi
-> 3000-an senyawa kimia lainnya + panas produk ((pada suhu 400-800oC))
Reaksi pirolisa
Walaupun
reaksi pirolisa tidak dominan dalam proses merokok, tetapi banyak senyawa yang
dihasilkan tergolong pada senyawa kimia yang beracun yang mempunyai kemampuan
berdifusi dalam darah. Proses difusi akan berlangsung terus selagi terdapat
perbedaan konsentrasi. Tidak perlu disangkal lagi bahwa titik bahaya merokok
ada pada pirolisa rokok. Sebenarnya produk pirolisa ini bisa terbakar bila
produk melewati temperatur yang tinggi dan cukup akan Oksigen. Hal ini tidak
terjadi dalam proses merokok karena proses hirup dan gas produk pada area
temperatur 400-800oC langsung mengalir kearah mulut yang bertemperatur
sekitar 37oC.
Rokok
dan proses penguapan uap air dan nikotin
Selain
reaksi kimia, juga terjadi proses penguapan uap air dan nikotin yang
berlangsung pada temperatur antara 100-400oC. Nikotin yang menguap
pada daerah temperatur di atas tidak dapat kesempatan untuk melalui temperatur
tinggi dan tidak melalui proses pembakaran. Terkondensasinya uap nikotin dalam
gas tergantung pada temperatur, konsentrasi uap nikotin dalam gas dan geometri
saluran yang dilewati gas.
Pada
temperatur dibawah 100oC nikotin sudah mengkondensasi, jadi
sebenarnya sebelum gas memasuki mulut, kondensasi nikotin telah terjadi.
Berdasarkan keseimbangan, tidak semua nikotin dalam gas terkondensasi sebelum
memasuki mulut sehingga nantinya gas yang masuk dalam paru-paru masih mengandung
nikotin. Sesampai di paru-paru, nikotin akan mengalami keseimbangan baru, dan
akan terjadi kondensasi lagi.
Jadi,
ditinjau secara proses pembakaran, proses merokok tidak ada bedanya dengan
proses pembakaran kayu di dapur, proses pembakaran minyak tanah di kompor,
proses pembakakaran batubara di industri semen, proses pembakaran gas alam di
industri pemanas baja dan segala proses pembakaran yang melibatkan bahan bakar
dan oksigen. Sangat ironis memang bahwa manusia sangat memperhatikan
keseimbangan alam akibat proses pembakaran bahan bakar oleh industri yang
mengeluarkan polusi, tetapi dilain pihak orang-orang dengan sengaja mengalirkan
gas produksi pembakaran rokok ke paru- paru mereka.
Jumlah
kematian dan klaim perokok Menurut penelitian Organisasi Kesehatan dunia (WHO),
setiap satu jam, tembakau rokok membunuh 560 orang diseluruh dunia. Kalau
dihitung satu tahun terdapat 4,9 juta kematian didunia yang disebabkan oleh
tembakau rokok. Kematian tersebut tidak terlepas dari 3800 zat kimia, yang
sebagian besar merupakan racun dan karsinogen (zat pemicu kanker), selain itu
juga asap dari rokok memiliki benzopyrene yaitu partikel-partikel karbon yang
halus yang dihasilkan akibat pembakaran tidak sempurna arang, minyak, kayu atau
bahan bakar lainnya yang merupakan penyebab langsung mutasi gen. Hal ini
berbanding terbalik dengan sifat output rokok sendiri terhadap manusia yang
bersifat abstrak serta berbeda dengan makanan dan minuman yang bersifat nyata
dalam tubuh dan dapat diukur secara kuantitatif.
Selain
mengklaim mendapatkan kenikmatan dari output rokok, perokok juga mengklaim
bahwa rokok dapat meningkatan ketekunan bekerja, meningkatkan produktivitas dan
lain-lain. Tetapi klaim ini sulit untuk dibuktikan karena adanya nilai abstrak
yang terlibat dalam output merokok. Para ahli
malah memperkirakan bahwa rokok tidak ada hubunganya dengan klaim-klaim di
atas. Malah terjadi sebaliknya, menurunnya produktiviats seseorang karena
merokok akibat terbaginya waktu bekerja dan merokok. Selain itu berdasarkan
penelitian terbaru menyatakan bahwa merokok dapat menurunkan IQ.
(diolah dari pelbagai
sumber).