Proses elektrolisis banyak digunakan dalam industri
logam untuk pemisahan dan pemurnian dari berbagai sumber. Pada umumnya
logam-logam diperoleh dari sampel bijih logam yang banyak mengandung pengotor
ikutan.
1. Pemurnian
Tembaga
Tembaga banyak digunakan
sebagai kabel dan bagian dalam instalasi listrik karena sifatnya yang merupakan
konduktor listrik yang sangat baik. Logam tembaga juga digunakan dalam produksi
peralatan memasak karena sifatnya yang sangat baik dalam menghantarkan panas,
yang merupakan salah satu sifat logam. Namun, kehadiran pengotor yang walaupun
hanya sedikit akan sangat berpengaruh baik dalam bentuk kabel yang sangat halus
maupun dalam bentuk kabel yang berukuran besar. Logam tembaga ini harus dalam
kondisi 99.99% murni untuk dapat berfungsi baik. Untuk memperoleh tingkat
kemurnian yang tinggi ini, tembaga yang baru diekstrak dari bijihnya dapat
dimurnikan dengan proses elektrolisis.
Logam tembaga yang belum
murni digunakan sebagai anoda dan umumnya berukuran 1 meter persegi, dengan
ketebalan 35-50 mm dan bobot mencapai 330 kg. sebagai katoda dipakai tembaga
yang sangat murni dengan ketebalan 1 mm dan bobot sekitar 5 kg. karena tembaga
itu sendiri yang dipakai dalam proses elektrolisis, katoda tembaga dikenal
sebagai elektroda ‘aktif’. Sebagai elektrolit dipakai larutan tembaga(II)
sulfat (0.3 mol/liter)yang diasamkan dengan larutan asam sulfat 2 mol/liter
untuk mendukung proses pengaliran arus listrik (Gambar 1).
Gambar 1
Proses pemurnian tembaga
(Sumber: Earl B, Wilford D. 2014. Cambridge IGCSE
Chemistry, third edition.)
Saat arus dialirkan, tembaga
bergerak dari anoda yang tidak murni menuju ke katoda yang murni.
Pengotor-pengotor yang lain terjatuh ke
dasar sel di bawah anoda dalam bentuk seperti zat berlendir. Campuran pengotor
ini kaya akan logam-logam berharga dan proses pemurnian logam-logam ini akan
sangat menguntungkan secara ekonomi. Proses elektrolisis berlangsung selama
tiga minggu sampai volume anoda menurun hingga mencapai sekitar 105 dari ukuran
awalnya dan bobot katoda meningkat hingga mencapai antara 100-120 kg. Proses
ini menggunakantegangan 0.25V dan kerapatan arus 200 A/m2.
Ion-ion yang terdapat dalam
larutan adalah:
dari
air : H+(aq) OH-(aq)
dari
larutan tembaga(II) sulfat : Cu2+(aq) SO42-(aq)
Selama proses berlangsung,
anoda yang tidak murni akan kehilangan massanya karena tembaga kehilangan
elektron dan menjadi ion tembaga, Cu2+(aq) (Gambar 2).
Cu(s)→ Cu2+(aq) + 2e-
Elektron yang dilepaskan
anoda bergerak melalui sirkuit eksternal menuju katoda. Dari situ elektron akan
dialirkan menuju ion tembaga, Cu2+(aq), dari larutan
tembaga(II) sulfat dan tembaga akan melekat pada permukaan katoda.
Cu2+(aq) + 2e-→ Cu(s)
Produksi tembaga di dunia saat
ini mencapai 16 juta ton per tahun. Namun, sejumlah besar tembaga yang
diperlukan disediakan dari proses daur ulang. Proses pengadaan tembaga dengan cara
daur ulang ini semakin meningkat karena semakin sulitnya menemukan dan
mengekstrak mineral-mineral yang mengandung tembaga, selain itu juga memakan
lebih banyak biaya.
2.. Pemisahan
Aluminium
Aluminium adalah unsur logam
yang paling melimpah di lapisan kerak bumi. Pertama kali ditemukan pada tahun
1825 oleh Hans Christian Oersted di Copenhagen, Denmark, tetapi pertama kali
diisolasi oleh Friedrich Wöhler pada
tahun 1827. Aluminium menyusun 8% kerak bumi dan ditemukan dalam mineral
bauksit, kriolit dan mika, seperti juga dalam tanah lempung.
Pada abad kesembila belas
Napoleon III mengadakan sebuah jamuan makan malam yang sangat berharga.
Disebutkan bahwa alat yang digunakan terbuat dari logam yang lebih berharga
dari emas. Logam tersebut adalah aluminium. Alasan disebut sebagai logam yang
berharga adalah karena sangat jarang ditemukan dalam wujud logam murninya.
Aluminium merupakan logam yang sangat reaktif dan karenanya sangat sulit untuk
diekstrak dari bijihnya. Logam-logam yang reaktif akan berikatan sangat kuat
dengan unsur-unsur yang melekat dalam senyawanya, karena itu proses
pemurniannya menggunakan elektrolisis.
Saat ini penggunaan
aluminium sangatluas. Produksinya di dunia mencapai 19,5 juta ton per tahun.
Proses ekstraksi komersial aluminium dan dilakukan pertama kali oleh dua orang
ilmuwan, yang dalam penelitiannya tidak saling berhubungan, menemukan metode
pemurnian dengan elektrolisis. Kedua ilmuwan tersebut adalah Charles Martin
Hall (Amerika Serikat), yang menemukan proses ini di tahun 1886, dan seorang kimiawan
Perancis Paul Héroult, yang menemukan prosesnya juga di tahun yang
sama. Proses yang mereka kembangkan, sering disebut dengan proses Hall-Héroult,
melibatkan elektrolisis aluminium oksida (alumina). Proses ini melibatkan
tahap-tahap sebagai berikut:
a. Bauksit, bentuk tak murni dari aluminium oksida, mula-mula diberi perlakuan dengan natrium hidroksida untuk menghasilkan aluminium oksida murni, dengan menyingkirkan beberapa pengotor seperti besi(III) oksida dan pasir. Proses ini meningkatkan daya hantar listrik lelehan aluminium oksida.1. Bauksit, bentuk tak murni dari aluminium oksida, mula-mula diberi perlakuan dengan natrium hidroksida untuk menghasilkan aluminium oksida murni, dengan menyingkirkan beberapa pengotor seperti besi(III) oksida dan pasir. Proses ini meningkatkan daya hantar listrik lelehan aluminium oksida.
b. Aluminium oksida yang telah dimurnikan kemudian dilarutkan dalam kriolit cair (Na3AlF6). Kriolit, mineral yang secara alami ditemukan di Greenland, digunakan untuk mengurangi suhu proses dalam sel Hall-Héroult dari 2017oC (titik leleh aluminium oksida murni) menjadi antara 800 hingga 1000oC. Karenanya, kriolit membantu penghematan kebutuhan energi dalam proses. Bahkan di tahun-tahun ini produksi kriolit semakin meningkat.
c. Campuran yang
berbentuk cair ini kemudian dielektrolisis dalam suatu sel yang bentuknya
ditunjukkan pada Gambar 3. Anoda-anoda dalam proses ini merupakan grafit
berbentuk balok-balok yang digerakkan menurun menuju cairan campuran aluminium
oksida dan kriolit. Yang menjadi katoda adalah batang grafit yang melekat pada
wadah baja di dalam sel.
Aluminium oksida merupakan
senyawa ionik. Jika dilelehkan, ion-ion di dalamnya akan mudah bergerak, jika
diberikan energi panas maka gaya elektrostatik yang kuat di antara ion-ionnya
akan terlepas. Selama elektrolisis ion-ion oksida yang bermuatan negatif akan
tertarik ke anoda (elektroda positif), dimana ion-ion tersebut akan kehilangan
elektron (mengalami oksidasi).
2O2-(l)→ O2(g) + 4e-
Al3+(l) + 3e-→ Al(l)
Ion-ion aluminium yang bermuatan positif akan tertarik
menuju katoda (elektroda negatif). Ion-ion ini akan mendapatkan elektron untuk
membentuk logam aluminium cair (mengalami reduksi). Secara keseluruhan, reaksi yang berlangsung di dalam sel adalah:
2Al2O3(l)→ 4Al(l) + 3O2(g)
Aluminium cair terkumpul di dasar sel dan tersedot
keluar dengan interval tertentu. Tidak menjadi masalah jika tercampur dengan
logam lainnya karena kriolit sendiri tidak akan terpengaruh dengan arus
listrik. Masalah akan timbul pada penggunaan anoda grafit. Pada suhu proses,
oksigen yang dibebaskan akan bereaksi dengan anoda grafit membentuk karbon
dioksida.
C(s) + O2(g)→ CO2(g)
Anoda akan terbakar dan harus diganti secara reguler.
3. Pelapisan
Logam (Electroplating)
Elektroplating merupakan proses
elektrolisis dengan tujuan melapisi suatu logam dengan logam lain atau bahan
plastik dengan logam. Umumnya tujuan pelapisan ini adalah untuk melindungi
logam yang terlapisis. Sebagai contoh, keran air biasanya dilapisi dengan
kromium utnuk mencegah korosi dan juga memberikan penampilan yang lebih
berkilau dan lebih atraktif.
Proses pelapisan logam ini
dilakukan dalam sebuah sel seperti yang tampak pada Gambar dibawah ini
Sel ini sering
dikenal dengan sebutan ‘plating bath’,
biasanya menyimpan elektrolit yang sesuai, umumnya berupa larutan garam logam.
Untuk pelapisan perak elektrolit yang digunakan berupa larutan garam perak.
Bahan yang akan dilapisi ditempatkan sebagai katoda dalam sel sehingga ion-ion
logam bergerak ke arah katoda ini saat arus dialirkan. Reaksi yang berlangsung
pada katoda adalah:
Ag+(aq) + e-→ Ag(s)
No comments:
Post a Comment